Namanya memang agak kontroversial dan saru, tetapi apa daya itulah yang banyak dikenal masyarakat. Sebenarnya warung yang berada di tepi jalan utama penghubung Purworejo dengan Kutoarjo ini memiliki nama Dawet Ireng Wetan Jembatan Butuh Pak Wagiman, dari situlah muncul istilah Dawet Je**ut yang merupakan singkatan dari Dawet Jembatan Butuh.
|
Semangkuk Dawet Ireng/Hitam |
Saat itu saya bersama Cungkring mampir setelah njagong manten teman di Kutoarjo. Merupakan suatu keputusan yang bijak kala itu, karena cuaca yang panas mendukung kita untuk lebih menikmati semangkuk Es Dawet.
|
Warung Dawet Ireng Jembut |
Rasa Es Dawet buatan Pak Wagiman ini memang beda karena dawet atau cendolnya berwarna hitam dengan tekstur yang berbeda. Pembuatan dawet ini juga tetap mempertahankan proses yang alami yaitu dengan menggunakan
merang sebagai pewarna hitam. Selebihnya paduan antara santan dan gula merah menjadikannya istimewa. Tidak terlalu manis, agak sedikit gurih tetapi tetap segar, dan yang penting
aftertaste yang tidak getir atau bahkan membuat tenggorokan serak.
|
Simbah Sibuk Meracik |
|
Simbah Melayani Pelanggan |
Satu hal yang mungkin bagi beberapa kalangan terkejut meskupun bagi saya wajar yaitu harga. Harga semangkuk es dawet ini dibanderol Rp. 3.000,-. Sebuah harga yang bagi saya cukup worthed untuk semangkuk dawet bercitarasa unik dan menyegarkan.
|
Salah satu sudut warung |
|
Peta Lokasi |
Selamat mencoba.
1 komentar:
wenak dawetnya
Posting Komentar